Perjalananku ke Finlandia

Melintasi ladang dan rumah petani Finlandia yang diselimuti salju

Tulisanku kali ini adalah tentang satu poin paling penting dalam perjalanan ke eropa. Well… sebenarnya ini juga adalah poin penting dalam menyiapkan perjalanan kemanapun keluar Indonesia secara legal. Yaitu dokumen berupa paspor dan visa (kecuali kawasan ASEAN dan beberapa negara sahabat). Sedikit tambahan saja bahwa kudengar kita harus menunjukkan paspor Indonesia saat hendak memasuki negara Timor Leste. Walau ini belum kubuktikan sendiri kebenarannya.

Kembali ke topik, paspor sendiri adalah dokumen pribadi yang dikeluarkan negara asal pemilik paspor sebagai identitas. Jadi kalau kamu warga negara Indonesia sebaiknya memiliki paspor Indonesia juga. Paspor ini lebih resmi daripada KTP, malah. Beberapa dosen di universitas terkemuka menganjurkan para mahasiswanya untuk memiliki paspor agar mahasiswa lebih terbuka pemikirannya untuk bepergian keluar negaranya dan melihat ‘dunia luar’. Aku sendiri baru dapat paspor pertama setelah wisuda. Menurutku itu udah telat banget karena ternyata banyak hostel didunia yang menyediakan akomodasi gratis bagi mereka yang masih berumur 20an! Uuuh enaknya..
Nah, aku akan menjelaskan tentang Visa bagi mereka yang hendak bepergian saja ke finlandia. Mendapatkan Visa untuk negara finlandia adalah kasus yang gampang-gampang susah. Dalam artian bahwa finlandia cukup logis dalam membuat peraturan bagi orang yang hendak memasuki negaranya. Setahuku, asalkan kamu :

1. punya kerjaan jelas di negara asal,

2. gak pernah masuk DPO (Daftar Pencarian Orang, biasanya masalah kriminal),

3. menyebutkan tujuan perjalanan dengan jelas,

4. mampu menjelaskan tentang sponsor dan

5. menceritakan alur perjalanan dengan yakin, pasti bisa dapetin visa ke finlandia.
Visa adalah semacam dokumen ijin untuk memasuki wilayah negara/ kawasan tertentu. Dalam kasus ini, visa yang diperlukan untuk memasuki negara finlandia adalah visa Schengen. Kamu bisa mendapatkannya di kedutaan finlandia setelah mengajukan permohonan visa turis (dan kalau kamu lolos segala persyaratan). Saranku, isilah dokumen-dokumen yang diperlukan selengkapnya dan mendapatkan jadwal wawancara.

Ingat ya bahwa menghubungi kedutaan sebuah negara diperlukan kejujuran & sikap taktis.Tolong jangan tanya tentang dimana beli makanan murah atau toko oleh-oleh ke staf kedutaan ya?! Bukan apa-apa sih, hanya saja malah stafnya ramah banget ke kita kalau kita ngurus visa sendiri.

Beberapa kali aku bertemu dengan “perantara” yang menguruskan visa, jujur aja kelihatannya staf kedutaan agak judes pada perantara-perantara itu. Bukan rahasia lagi kalau birokrasi di finlandia adalah salah satu yang paling efisien didunia. Calo seakan jadi perwujudan nemesis bagi sistem mereka.

Kalau banyak yang bisa kamu ketahui tentang persyaratan mengurus visa lewat internet, lebih baik penuhilah semua persyaratannya dahulu. Dulu aku ambil inisiatif untuk menelpon ke kedutaan sebelum berangkat ke Jakarta untuk mengajukan permohonan visa ke kedutaan. Untuk berjaga-jaga saja dan ternyata stafnya profesional dan helpful. Saat itu hampir semua persyaratan telah berhasil kupenuhi. Kamu bisa men-download formulir persyaratan mengajukan permohonan visa schengen finlandia di Google dengan kata kunci Embassy of Finland Jakarta. Sebagai tambahan, visa Schengen untuk memasuki finlandia juga bisa dipakai untuk memasuki wilayah Schengen lainnya. Detil negara-negara yang telah memiliki perjanjian Schengen bisa kamu bisa klik disini .
Aku ingat tentang wawancaraku yang pertama di finnish embassy yang bikin lumayan deg-degan walau aku cukup percaya diri akan kemampuan bahasa Inggrisku. Bukannya nyombong yaah, tapi di saat seperti itu kepercayaan diri sangat penting. Kita harus mampu meyakinkan orang lain betapa kita sangat kompeten untuk memasuki negaranya dan bisa dipercaya untuk tidak bikin rusuh saat disana. Kepercayaan diri bisa dilihat dari mata dan tingkah laku kita loh… Dan kalau aku ingat-ingat, rata-rata pertanyaan dari interviewer yang kelihatannya orang finland itu adalah tentang sponsorku. Kenal dimana, sudah berapa lama kenalnya, bagaimana orangnya, apa tujuanmu berkunjung ke finlandia, nanti tinggal dimana dan semacam itu. Wajar juga sih karena memang sponsor yang aku pakai saat itu adalah suami yang saat itu masih jadi pacar. Dan kurasa aku disetujui karena saat itu aku berstatus pegawai negeri sipil, jadi dijamin PASTI balik ke Indonesia sama atasanku. Intinya, nggak nyari kerjaan luntang lantung di negeri orang.
Ngomong-ngomong tentang kompetensi, rasanya aku perlu membagi sebuah pengalaman tak terlupakan saat pertama kali mencoba terbang ke finlandia. Saat itu pesawatku dari Ngurah Rai (untungnya) agak terlambat dan tiba di Singapura terlambat juga. Saat itu aku belum kepikiran bahwa pesawat yang seharusnya membawaku ke Helsinki, tidak akan menungguku (ini kebanyakan naik bis dari terminal Arjosari; Malang-Jatim; yang disuruh nunggu berjam-jam… hahahah…).
Ceritanya nih, saat berjalan ke arah pintu masuk boarding room Finnair, seorang petugas berkulit gelap menghentikanku dengan wajah sangar.
You’re late”, “anda terlambat” katanya padaku.
Lalu aku menjawab “Yes my previous flight was late”, “Memang pesawatku sebelumnya terlambat”.Sebenarnya sudah lumrah kalau kita mendapat masalah bila ada kesalahan teknis pada penerbangan internasional seperti ini. Tapi yang menjadi tidak terlupakan adalah ekspresi sarkastis staf tersebut saat aku kemudian menanyakan dimana aku bisa mendapatkan Boarding Pass.
Where can I get my boarding pass?” “Ke arah mana saya bisa mendapat boarding pass”, tanyaku.
Right, I wonder where can you get your boarding pass” “Benar juga, kira-kira kemana ya kamu bisa mendapatkan boarding pass kamu”
Auch! Saya tersindir loh!
Dan jelas sekali dia menyindir karena temannya langsung berusaha mencegah si staf itu dengan menyenggol lengannya.

Memang sih sudah pasti ada meja tertentu yang bisa dilihat saat kita mencari dimana boarding pass kita, tapi namanya baru pertama kali ke eropa, otak langsung blank (takut ditinggal pesawat trus ngendon di negeri orang selamanya) dan tidak menyadari harus mencari yang namanya Boarding Pass. Saat itu saya memang menangkap nada menyindir itu, tapi tidak sempat tersinggung dan menunggu jawaban dengan pasrah saja. Untungnya si staf yang kasar langsung paham dan dengan segera menunjuk kearah kirinya dan aku berlari kesana sambil tak lupa mengucapkan “Thank you”.
Rasanya malu, kesal, sebal tapi benar-benar pengalaman berharga tak terlupakan. Saya masih ingat pandangan mata si staf yang melihat hampir tak percaya kalau cewek segede, sebongsor saya nggak tahu dimana mencari boarding pass nya sendiri meski salah satu deskjob dia adalah memberi pelayanan ke penumpang seperti kita.
Haduhh.. ketahuan tidak kompeten di negaranya orang lain tuh nyesek yah?!… Lebih nyesek lagi karena kita nggak bisa komplen karena nggak ada waktu buat marahin kelakuan tidak menyenangkan seperti itu. Singapura kan tempatnya orang sedunia transit! Mosok sih mereka belum belajar bahwa ada banyak individu dengan banyak cerita masuk ke bandara mereka?! Mosok mereka nggak memperkirakan akan ada sebentuk mahluk jelita nan amatiran yang kiranya akan tersesat…hahahaaa… Yah, sesal dan amarah rasanya tak berguna kecuali untuk dibagi disini agar anda tidak merasakan pengalaman tidak mengenakkan seperti saya saat itu.
Namun gimanapun saya tetap mensyukuri pengalaman kagok di negri orang seperti itu. Malah rasanya perlu kubagi juga rasanya cerita nungguin pesawat pengganti disamping lelaki-lelaki Nordik yang gahar namun baik hatinya.

Tapi, itu cerita lain lagi deh. Sekarang ini, klik dulu tulisan “Subscribe”/berlangganan itu dulu biar nggak ketinggalan cerita ya! Jangan lupa mampir http://khatarinadian.tumblr.com/ untuk melihat style pilihanku 😉

Sumber :

1. Pengalaman pribadi

2.